Selasa, 21 Agustus 2012

Folk Typography






Kita seringkali melihat tulisan - tulisan pada gambar diatas yang umumnya sering disebut graffity,diruang - ruang publik seperti jembatan layang, pertokoan, gedung sekolah dan lainnya. Kali ini akan di bahas tulisan - tulisan yang berada di jembatan layang pasupati Bandung. Fokusnya pada tulisan - tulisan yang dikenal sebagai berandalan bermotor, yang memiliki karakter yang cukup kuat atau berbeda satu dengan yang lainnya.  
Tulisan-tulisan tersebut dibuat secara manual dengan cat semprot dengan warna-warna mencolok, ukuran yang relatif besar dan seringkali di buat banyak (repetisi) dalam satu ruang publik seperti di Jembatan Layang Pasupati. Isi tulisan tersebut biasanya dibuat dengan mencantumkan nama kelompok, nama kelompok dibuat paling besar/dominan. Diikuti inisial wilayah kelompok, inisial nama wilayah dibuat disebelah kanan atas atau kanan bawah tulisan nama kelompok. Kemudian diikuti inisial nama anggota kelompok,  inisial nama anggota kelompok dibuat disebelah kanan atau bawah tulisan nama kelompok.
Aksi kelompok tersebut meninggalkan suatu ciri khas, yaitu dari cara menjawab tulisan kelompok lainnya. Ketika tulisan satu nama kelompok dicoret lalu diganti dengan nama kelompok lain, lalu kembali dicoret dan diganti dengan tulisan (maaf) “TAI”. Tulisan (maaf) “TAI” tersebut menjadi cara menjawab yang paling banyak ditemukan pada tulisan nama-nama kelompok di ruang-ruang publik.  Ini adalah salah satu pemicu semakin banyaknya tulisan-tulisan serupa di ruang-ruang publik dan bisa memicu terjadinya tawuran antar kelompok.
Pembuatan tulisan tersebut tidak mengenal batasan waktu, kapanpun kelompok tersebut menginginkan membuat tulisan tersebut, kelompok tersebut akan membuatnya. Namun pembuatan tulisan di ruang-ruang publik yang berada di pusat Kota Bandung seperti Jembatan Layang Pasupati, biasanya dibuat saat kelompok tersebut melakukan konvoi atau iring-iringan kendaraan (dalam suatu perjalanan bersama). Selain itu setiap anggota kelompok berhak/bisa membuat tulisan nama kelompoknya, oleh karena itu tulisan yang dihasilkan memiliki bentuk huruf yang berbeda-beda.  Bentuk huruf tersebut membawa karakteristik/kepribadian pembuat yaitu anggota kelompok tersebut yang dipengaruhi keterampilannya dalam membuat tulisan.
Pada setiap tulisan nama kelompok tersebut mempunyai bentuk atau karakter yang terlihat berbeda, tidak proporsional, apa adanya, dan tergesa-gesa. Pembuat tulisan  dalam menuliskan nama kelompoknya tidak mempertimbangkan atau mengacu pada standar lambang kelompoknya. Pada akhirnya tulisan nama kelompok yang dihasilkan tidak sama/sesuai dengan lambang kelompoknya. Namun, dengan tidak mempertimbangkan atau mengindahkan lambang kelompoknya, pada akhirnya menghasilkan bentuk huruf yang baru/beragam. Selain bentuk huruf yang dapat dilihat, bentuk huruf pun menyiratkan kesan dari setiap karakter yang dihasilkan. Kesan yang terbawa dari kepribadian pembuat atau isu-isu yang terkait dengan kelompoknya.
Selain itu tulisan nama kelompok tersebut memiliki fungsi untuk mengabadikan dan menyebarluaskan nama setiap kelompok, atau sekedar sebagai bentuk eksistensi diantara kelompok lainnya. Diantaranya fungsi informasi untuk menandai wilayah kekuasaan suatu kelompok, menunjukan/memberitahu keberadaan suatu kelompok, membangkitkan respon kelompok lain, Sebagai peringatan terhadap kelompok lain, fungsi identitas sebagai pengenal bagi kelompok pembuat tulisan itu sendiri maupun kelompok lain, sebagai pembeda dari kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Selain itu simbol sebagai asosiasi dari perilaku, kepribadian, aktivitas dan isu-isu yang terkait dengan kelompok tersebut, dan sebagai kesepakatan bersama antar anggota pembuat tulisan tersebut.
Tulisan nama kelompok tersebut pada akhirnya memanipulasi emosi khalayak sasaran dalam hal ini kelompok yang dianggap musuhnya merasa tidak nyaman dan terancam. Selain itu, karena tulisan setiap kelompok berada di ruang-ruang publik, pada akhirnya tulisan nama kelompok tersebut terlihat atau terbaca khalayak umum yang mengakses ruang-ruang publik tersebut, merasakan hal yang sama, walau sering kali khalayak umum tidak menyadarinya.